WAKTU ADALAH NYAWA PASIEN

Tuesday, October 26, 2010

Idealisme Pembayaran(menurut penulis)

hari ini hari yang singkat,hariku dimulai dengan terburu-buru karena kesalahan jadwal....mungkin saya yang kurang memperhatikan jadwal..kulangkahkan kakiku ke lantai 5 ruang kuliah kampus kerakyatan di jogja..diskusi dimulai agak terlambat dari jadwal yang tertera, tapi ya sudahlah(seperti judul salah satu grup band yang saya sukai) toh hanya terlambat 2 angka saja..

saya tangkap dari diskusi hari ini tentang efektivitas pembayaran tenaga kesehatan di indonesia, khususnya dokter karena seluruh ruangan dipenuhi calon-calon dokter aset negara dimasa mendatang.

sistem pembayaran yang diutarakan mungkin sama dengan prinsip pembayaran dokter keluarga,sistem pembayaran asuransi,bahkan sistem dokter perusahaan, dimana pada intinya pembayaran dilakukan di awal dengan harapan dokter akan mengusahakan melakukan tindakan preventif dan edukatif kepada pasien agar mendapatkan pemasukan lebih banyak dengan batasan-batasan penyakit tertentu dimana biaya pengobatan penyakit yang advance(berat) harus dilakukan swadaya...

yahh,
timbullah pikiran saya, dimana batasan penyakit berat itu dimana?dan bagaimana pengaturannya?
setelah berfikir sedikit lama dengan pemikiran saya yang praktis ini, saya kembali berfikir pada sistem asuransi dimana ada perbedaan pembiayaan.

analoginya, asuransi motor hilang dgn asuransi motor kecelakan berbeda kan harganya?. Mungkin pembaca bingung ya dengan pernyataan saya.
Baik, mari kembali lagi kepada sistem kesehatan, bagaimana jika dilakukan suatu survey pada daerah jangkauan dokter tersebut dan di data 20 bahkan lebih penyakit yang paling sering menyerang penduduk. Dengan begitu kita dapat menklasifikasikan pembayaran dimana jika seseorang mengambil asuransi hanya sebatas 1-10 penyakit terbanyak akan jauh lebih murah jika seseorang/kepala keluarga mengambil 1-20 penyakit terbanyak dengan dibagi dalam beberapa tingkatan pembayaran, cukup efektif kan?

akan tetapi pemikiran ini pun menimbulkan kendala, kita lihat dari pandangan penduduk dimana mereka akan berfikir:
"saya jarang sakit, trus kenapa saya harus membayar terus?"
"biaya yang saya bayarkan tiap bulan lebih besar daripada intensitas dan keparahan sakit saya"
nah disitulah peran promosi kesehatan, dimana harus memberikan positif-negatif pengadaan sistem pembayaran seperti itu dengan lebih edukatif dan tidak memaksa.

"terus bagaimana dengan penduduk yang tidak mampu, pasti dia mengambil yang paling murah kan?"
"apa lagi kalau tidak mampu membayar bagaimana?"
pembayaran kan tidak perlu harus menggunakan uang. Mereka bisa menggunakan tenaga mereka setelah mereka kembali sehat, mungkin untuk membantu dokternya?jangan sedikit-sedikit minta-minta kepada pemerintah, kita bukan rakyat yang manja, kita harus bisa mandiri jangan tergantung kepada pemerintah.

pasti ada banyak kesalahan di tulisan saya, karena penulis juga manusia biasa yang tidak mempunyai pengalaman tetapi mencoba untuk berbagi pemikiran yang singkat dan sebisa mungkin ditulis agar mudah dipahami pembaca.

No comments:

Post a Comment